Selasa, 29 April 2014

Syukur, Syukur!

Bahagia itu mudah. Kata para pemikir khusus, bahagia itu sederhana. Bagi kami—para manusia malam—bahagia itu mudah. Dan kebahagiaan kami tidak sesederhana kebahagiaan mereka. Kebahagiaan kami lebih kompleks, lengkap nan menawan. Kebahagiaan kami didapat dengan cara yang lebih sederhana dari mereka.
            Kebahagiaan dalam diri kami sangatlah mudah didapat, itu karena kehidupan kami memang melulu soal bagaimana bahagia dan tidak mengeluh. Mereka—manusia khusus—bersulit-sulit untuk untuk ‘dapatkan’ kebahagiaan—yang padahal ada setiap saat. Yaaa, karena mereka terus mempermasalahkan masalah-masalah yang mereka buat sendiri. Mereka setiap harinya juga belajar, bekerja dalam tekanan. Bak hidup dalam panci presto.

Pemikir Khusus vs Pemikir 'Biasa-Biasa Saja'

Dunia insomnia itu indah sekali. Seindah pemikiran para penduduknya di sana. Jauh sekali berbeda dengan dunia para pemikir khusus pagi sampai siang. Mengapa khusus? Ya karena mereka jarang atau mungkin tidak pernah berpikir di luar waktu itu. Para pemikir khusus ini, kebanyakan para pemikir yang—berpura-pura—berpikir hal-hal yang sangat banyak. Dan kebanyakan disebabkan oleh ketidaktahuan mereka dengan pondasi hal-hal yang harus dipikirkan itu. Hmm .. banyak juga yang—pura-pura—berpikir agar dia tetap dianggap dalam suatu komunitas tersebut. Konsekuensi jahat nan tidak adil telah mengadili mereka bertahun-tahun lamanya. Dalam sistem pemikiran mereka, mereka harus menempuh waktu tertentu untuk belajar dan mendapatkan sertifikasi untuk dipajang di tempat tinggal mereka. Sebelum mendapatkan pajangan itu, mereka berkali-kali mendapatkan hari-hari khusus untuk berpusing di dalamnya. Mereka dicerca pertanyaan-pertanyaan yang isinya menanyakan beberapa hal yang dia—pura-pura—pikirkan beberapa waktu sebelumnya. Mereka harus mengingat-ingat hal-hal itu. Pada periode ini, mereka dalam fase sulitnya. Yaa, karena hal-hal yang mereka pikirkan itu jarang atau tidak pernah mereka ingat-ingat dan pikirkan sehari-harinya. Karena kesalahan mereka sendiri itu, tak ayal mereka mengeluh di sana-sini. Yaa mereka mengeluh karena mereka berpikir atas dasar bukan pemikiran mereka. Heuheu.