Selasa, 29 April 2014

Pemikir Khusus vs Pemikir 'Biasa-Biasa Saja'

Dunia insomnia itu indah sekali. Seindah pemikiran para penduduknya di sana. Jauh sekali berbeda dengan dunia para pemikir khusus pagi sampai siang. Mengapa khusus? Ya karena mereka jarang atau mungkin tidak pernah berpikir di luar waktu itu. Para pemikir khusus ini, kebanyakan para pemikir yang—berpura-pura—berpikir hal-hal yang sangat banyak. Dan kebanyakan disebabkan oleh ketidaktahuan mereka dengan pondasi hal-hal yang harus dipikirkan itu. Hmm .. banyak juga yang—pura-pura—berpikir agar dia tetap dianggap dalam suatu komunitas tersebut. Konsekuensi jahat nan tidak adil telah mengadili mereka bertahun-tahun lamanya. Dalam sistem pemikiran mereka, mereka harus menempuh waktu tertentu untuk belajar dan mendapatkan sertifikasi untuk dipajang di tempat tinggal mereka. Sebelum mendapatkan pajangan itu, mereka berkali-kali mendapatkan hari-hari khusus untuk berpusing di dalamnya. Mereka dicerca pertanyaan-pertanyaan yang isinya menanyakan beberapa hal yang dia—pura-pura—pikirkan beberapa waktu sebelumnya. Mereka harus mengingat-ingat hal-hal itu. Pada periode ini, mereka dalam fase sulitnya. Yaa, karena hal-hal yang mereka pikirkan itu jarang atau tidak pernah mereka ingat-ingat dan pikirkan sehari-harinya. Karena kesalahan mereka sendiri itu, tak ayal mereka mengeluh di sana-sini. Yaa mereka mengeluh karena mereka berpikir atas dasar bukan pemikiran mereka. Heuheu.


***
                Jauh berbeda dengan para pemikir khusus, para lelaki dan wanita malam—para pemikir biasa-biasa saja—ini berpikir karena kehendak dan panggilan jiwa mereka. Mereka berpikir saat mereka ingin, dan beristirahat saat mereka ingin. Mereka tak punya standar yang mengganggu mood mereka. Mereka hanya ingin mendapatkan pemikiran dan pandangan yang baru dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Bagi mereka, berpikir keras pada waktunya akan menghasilkan kepuasan yang sangat besar. Karena di saat mereka memikirkan hal-hal itu, mereka berpikir dengan sangat keras dan ambisius, hal-hal yang mereka pikirkan itu terpatri dengan jelas dalam diri mereka. Dan jikalau tidak, mereka akan habis-habisan mempertahankannya, agar apa yang mereka pikirkan tidaklah sia-sia.
                Mereka juga tidak ingin pemikiran mereka mandek sampai batas yang mereka bisa capai, di saat mereka istirahat, mereka tidak hanya minum kopi dan makan snack, mereka minum kopi dan makan snack bersama orang yang dibutuhkannya. Mereka saling sharing pengetahuan dan pemikiran, walaupun toh itu mereka sedang istirahat. Istirahat total bagi mereka yaitu di saat sudah menemukan kepuasan dan dirasa sudah cukup untuk malam itu. Tidur pulas.
                Dalam dunia pemikiran mereka, tidak ada persaingan untuk menjadi yang terdepan—dan itu artinya membuat ada yang terbelakang. Tidak ada yang merasa unggul ataupun merasa terbelakang. Tak ada yang merasa senang di waktu mereka menjadi yang terdepan, karena setiap mereka berpikir, mereka merasa senang dan riang. Tidak ada yang merasa iri, ataupun menyesal. Tak ada sistem pembagian kelas dalam pemikiran mereka. Karena dari awal pemikiran mereka, mereka diajarkan toleransi, dan mereka diajarkan tidak mengungguli orang lain. Mereka saling bantu dalam bidangnya. Dari awal, mereka sudah diajarkan, “segala sesuatu itu punya kelebihan”. Dan menurut mereka, itu tidak perlu diperdebatkan. Dan karena mantra itu, mereka selalu ingin belajar dari kawan yang menjadi ahli di bidangnya.
***
Sajadah panjang .. Terbentang dari awal kelahiran menuju akhir penantian
Sajadah panjang .. Terbentang dari awal perjalanan hidup menuju akhir hidup dunia
Dalam sajadah panjang itu .. mereka terus berpikir dan belajar
Dalam sajadah panjang itu .. mereka ingin rubah dunia

Dalam sajadah panjang .. mereka bersujud, mengabdi pada Tuhannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar