Dunia insomnia itu indah sekali. Seindah pemikiran para penduduknya di sana. Jauh sekali
berbeda dengan dunia para pemikir khusus pagi sampai siang. Mengapa khusus? Ya
karena mereka jarang atau mungkin tidak pernah berpikir di luar waktu itu. Para
pemikir khusus ini, kebanyakan para pemikir yang—berpura-pura—berpikir hal-hal
yang sangat banyak. Dan kebanyakan disebabkan oleh ketidaktahuan mereka dengan
pondasi hal-hal yang harus dipikirkan itu. Hmm .. banyak juga
yang—pura-pura—berpikir agar dia tetap dianggap dalam suatu komunitas tersebut.
Konsekuensi jahat nan tidak adil telah mengadili mereka bertahun-tahun lamanya.
Dalam sistem pemikiran mereka, mereka harus menempuh waktu tertentu untuk
belajar dan mendapatkan sertifikasi untuk dipajang di tempat tinggal mereka.
Sebelum mendapatkan pajangan itu, mereka berkali-kali mendapatkan hari-hari
khusus untuk berpusing di dalamnya. Mereka dicerca pertanyaan-pertanyaan yang
isinya menanyakan beberapa hal yang dia—pura-pura—pikirkan beberapa waktu
sebelumnya. Mereka harus mengingat-ingat hal-hal itu. Pada periode ini, mereka
dalam fase sulitnya. Yaa, karena hal-hal yang mereka pikirkan itu jarang atau
tidak pernah mereka ingat-ingat dan pikirkan sehari-harinya. Karena kesalahan
mereka sendiri itu, tak ayal mereka mengeluh di sana-sini. Yaa mereka mengeluh
karena mereka berpikir atas dasar bukan pemikiran mereka. Heuheu.
***
Jauh berbeda dengan
para pemikir khusus, para lelaki dan wanita malam—para pemikir biasa-biasa saja—ini
berpikir karena kehendak dan panggilan jiwa mereka. Mereka berpikir saat mereka
ingin, dan beristirahat saat mereka ingin. Mereka tak punya standar yang
mengganggu mood mereka. Mereka hanya ingin mendapatkan pemikiran dan
pandangan yang baru dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Bagi mereka, berpikir
keras pada waktunya akan menghasilkan kepuasan yang sangat besar. Karena di
saat mereka memikirkan hal-hal itu, mereka berpikir dengan sangat keras dan
ambisius, hal-hal yang mereka pikirkan itu terpatri dengan jelas dalam diri
mereka. Dan jikalau tidak, mereka akan habis-habisan mempertahankannya, agar
apa yang mereka pikirkan tidaklah sia-sia.
Mereka juga tidak
ingin pemikiran mereka mandek sampai batas yang mereka bisa capai, di
saat mereka istirahat, mereka tidak hanya minum kopi dan makan snack, mereka
minum kopi dan makan snack bersama orang yang dibutuhkannya. Mereka saling sharing
pengetahuan dan pemikiran, walaupun toh
itu mereka sedang istirahat. Istirahat total bagi mereka yaitu di saat sudah
menemukan kepuasan dan dirasa sudah cukup untuk malam itu. Tidur pulas.
Dalam dunia pemikiran
mereka, tidak ada persaingan untuk menjadi yang terdepan—dan itu artinya
membuat ada yang terbelakang. Tidak ada yang merasa unggul ataupun merasa
terbelakang. Tak ada yang merasa senang di waktu mereka menjadi yang terdepan,
karena setiap mereka berpikir, mereka merasa senang dan riang. Tidak ada yang
merasa iri, ataupun menyesal. Tak ada sistem pembagian kelas dalam pemikiran
mereka. Karena dari awal pemikiran mereka, mereka diajarkan toleransi, dan
mereka diajarkan tidak mengungguli orang lain. Mereka saling bantu dalam
bidangnya. Dari awal, mereka sudah diajarkan, “segala sesuatu itu punya
kelebihan”. Dan menurut mereka, itu tidak perlu diperdebatkan. Dan karena
mantra itu, mereka selalu ingin belajar dari kawan yang menjadi ahli di
bidangnya.
***
Sajadah panjang .. Terbentang dari awal
kelahiran menuju akhir penantian
Sajadah panjang .. Terbentang dari awal
perjalanan hidup menuju akhir hidup dunia
Dalam sajadah panjang itu .. mereka terus
berpikir dan belajar
Dalam sajadah panjang itu .. mereka ingin
rubah dunia
Dalam sajadah panjang .. mereka bersujud,
mengabdi pada Tuhannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar