Bahagia itu mudah. Kata para pemikir khusus,
bahagia itu sederhana. Bagi kami—para manusia malam—bahagia itu mudah. Dan
kebahagiaan kami tidak sesederhana kebahagiaan mereka. Kebahagiaan kami lebih
kompleks, lengkap nan menawan. Kebahagiaan kami didapat dengan cara yang lebih
sederhana dari mereka.
Kebahagiaan
dalam diri kami sangatlah mudah didapat, itu karena kehidupan kami memang
melulu soal bagaimana bahagia dan tidak mengeluh. Mereka—manusia
khusus—bersulit-sulit untuk untuk ‘dapatkan’ kebahagiaan—yang padahal ada
setiap saat. Yaaa, karena mereka terus mempermasalahkan masalah-masalah yang
mereka buat sendiri. Mereka setiap harinya juga belajar, bekerja dalam tekanan.
Bak hidup dalam panci presto.
Dalam
dunia malam, kami diajarkan selalu merasa bahagia. Jika kami stres, banyak
astronom yang lagi cangkruk di jalanan untuk mengingatkan pengidap stres
akan luasnya tata surya, galaksi, sampai luasnya tempat yang memang sangatlah
luas. Dengan mereka, ruang dan waktu jadi tidak terbatas luasnya. Kita
diingatkan kembali oleh mereka, betapa kecil masalah yang kita hadapi. Tidak
dengan perbandingan manusia di satu pulau, satu negara, satu benua, atau satu
dunia saja, tapi jauh lebih luas dari itu. Karena memang orientasi keberadaan
selain kita sangatlah kita hargai dan kita anggap semua komponen di dalam
kehidupan ini memiliki andil yang sama. Dan alhasil, salah seorang dari kita
yang tadinya stres spontan sembuh. Yaaa ..
mereka akhirnya sadar, jika masalah yang dihadapinya ternyata
sepermilyar nan dibanding semesta. Jika masih tak sembuh dan malah terus
mengeluh, mereka disinyalir bukan dari dunia malam.
Kembali
ke “kebahagian”, di dunia malam, hanya 0,3% penduduk yang tidak bahagia. Dan
mereka—dia—adalah warga asing. Dia datang ke sini untuk mempelajari sistem dan
kehidupan di sini. Karena mereka—dia—tidak terlalu terbiasa, mereka stres dan
tidak kunjung selesai observasinya.
Warga
pribumi di sini sangat kental dengan kebahagiaan. Karena di setiap hembus nafas
mereka, syukur mereka terhembuskan juga dari dari hati mereka. mereka selalu
merasa terkasih oleh Tuhan. Karena itulah, mereka wajib syukur dan bahagia. Dan
mereka bahagia. Sangat bahagia. Kehidupan fana yang diberikan oleh Tuhan kepada
mereka, kesehatan yang masih diberikan kepada mereka, mereka bersyukur sekali.
Dan untuk itu, mereka terus berbahagia. Karena itulah memang obat mujarab agar
tetap sehat. Dalam itikad mereka, mereka masih diberikan kehidupan agar
memberikan manfaat dalam kehidupan ini. Kepada makhluk yang lain. Yang hidup
atau tak hidup. Tak ayal, mereka selalu merasa senang jika memberikan
kemanfaatan bagi makhluk lain. Itulah ibadah yang memang hakikatnya tak punya
batas ruang dan waktu. Dan jika mereka dipanggil oleh Sang Kuasa untuk tidak
lagi berada di dunia fana, mereka juga sangat senang dan bahagia, karena mereka
merasa terkasih oleh Tuhan, Tuhan mengambil diri mereka agar tak lagi menambah
daftar kecerobohan dan dosa-dosanya. Betapa mudah bahagia itu memang. Mereka
bahagia karena mereka sadar dan paham jika tanah yang mereka jadikan pijakan
untuk pergi ke tempat ibadah, tanah yang mereka jadikan pijakan untuk
memberikan pengajaran pada orang lain, tanah yang mereka pijak untuk beribadah dalam
sajadah panjang mereka adalah tanah yang diberikan secara begitu saja oleh
Tuhan. Mereka sadar jika sistem tubuh mereka yang diberikan kesehatan oleh
Tuhanlah yang menjadikan mereka bisa ibadah kepada-Nya. Mereka juga sadar, jika
mereka bisa leluasa beribadah tanpa pusing memikirkan oksigen yang
dihirup—tinggal hirup saja. Mereka senang .. mereka bahagia .. karena memang
mereka selalu merasa Tuhan selalu bersama mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar