Kamis, 22 Mei 2014

Matematika. Logika dan Bahasa

Mungkin inilah penyebab utama
***

                Dalam pendidikan, masa-masa awal adalah masa yang paling penting untuk diperhatikan. Karena di situlah fondasi mulai ada. Dan fondasi tersebut akan mengantarkan kita ke mana kita akan berjalan. Di atas fondasi tersebut akan dibangun warung kelontong atau menara besar. Akan dibangun apartemen besar dan kokoh atau rumah ibadah. Dibangun gubuk ataukah sekolah. Seenak kita saja membangunnya,  yang penting cocok dengan fondasinya. Jika kita dari awal sudah mantap memilih fondasi untuk rumah ibadah, ya kita mau tidak mau kita tidak bisa membangun menara yang lebih tinggi dan berat. 
Begitulah pendidikan. Apa yang kita pilih dan kita cintai dalam awal-awal masa pendidikan, itulah yang akan menentukan kelak nanti, mau kita bangun apa di atas fondasi yang kita pilih tadi. Dan di sinilah pentingnya peran guru sekolah dasar. Di sini merekalah yang membuat para murid memilih dan menentukan fondasi apa yang akan mereka tekuni. Dan masalah itulah yang terjadi di Indonesia. Hmmmm .. saya akan bertanya terlebih dahulu, berapa di antara kalian yang mencintai matematika? saya agak yakin jika yang menggandrungi matematika jelas lebih sedikit daripada mereka yang benci mati-matian dan mengolok-oloknya. Saya juga prihatin terhadap apa yang diperoleh oleh matematika. matematika selalu saja banyak dibenci di mana-mana. Mengapa bisa terjadi seperti itu? Mungkin karena para guru sekolah dasar gagal membuat matematika itu terlihat simpel dan menawan di hadapan para muridnya. Dan karena ‘kegagalan’ mereka, kebanyakan dari kita merasakan hasilnya, membenci matematika. Padahal hakikatnya, matematika sangatlah simpel. Matematika adalah tak ubahnya bahasa. Ya, matematika adalah bahasa. Matematika adalah bahasa, dan logika. Bahasa Arab punya simbol ق  dan ك yang hampir serupa tapi tak sama. Bahasa Spanyol punya n dan ñ yang tentu beda cara baca dan maknanya. Begitu juga matematika, matematika bersimbolkan + untuk arti tambah. – yang berarti kurang. Dan banyak lagi. Matematika, hakikatnya adalah bahasa. Dan kita tidak dikenalkan tentang bahasa matematika di sekolah dasar dahulu kala. Padahal jika saja kita dikenalkan tentang itu, mungkin kita akan merasakan bahwa matematika itu justru simpel. Dan tak jauh beda dengan bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Arab dan Rusia. Semua bahasa punya hurufnya sendiri, begitu pula matematika. dengan simbol-simbolnya. Betapa saya merasa rugi tak tahu tentang ini saat sekolah di sekolah dasar. Dan saya harap ribuan profesor dan doktor tidak sungkan nantinya untuk mengajar di sekolah-sekolah dasar, untuk mendidik anak cucu kita dengan baik dan benar. Dengan menanamkan fondasi dengan cara yang terbaik dan teraktual. Mungkin. Dan memberikan pandangan fondasi-fondasi apa yang lebih baik dipilih oleh anak cucu kita, para murid kala itu. Aah, semoga saja. Biar mereka tidak sesuram kita. Heuheuheu.

2 komentar:

  1. Dari itu,Lebih Tepatnya Ckup kita yg merasakan,dan Perbaikan Untuk Anak cucu kta..?? :D
    (Partisipasi)

    BalasHapus